Selasa, 31 Maret 2009

Kebocoran Gas di Babelan, 99 Orang Keracunan

Kelalaian dalam uji produksi di lokasi pengeboran minyak dan gas Pertamina Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat (DOH JBB) Pondok Tengah, Kampung Buni Baru, Desa Buni Bhakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jabar; Selasa (16/3) mengakibatkan 99 warga keracunan gas dan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Sebanyak 67 kepala keluarga (KK) atau 247 jiwa warga Buni Bhakti dan 97 KK warga Kedung Jaya langsung dievakuasi oleh Pemkab Bekasi. "Kemarin kita langsung memberikan pertolongan pertama kepada korban," kata Sekretaris Daerah, Drs Herry Koesaery MSi, kepada Pelita, Rabu (17/3).
Herry mengatakan Puskesmas dan tenaga medis langsung turun tangan. Karena di sana tidak boleh ada dapur umum, maka Pemkab Bekasi membantu memberi nasi bungkus untuk pengungsi. "Tetapi sekarang telah ditangani oleh Pertamina. Yang kita lakukan memberikan pertolongan pertama," ujarnya.
Sementara, Wakil Ketua DPR RI AM Fatwa langsung mengecek ke lokasi untuk mengetahui sejauhmana tingkat kebocoran dan langkah apa yang telah dilakukan oleh pihak Pertamina.
"Ya, saya sebagai wakil rakyat mau mengecek langsung bagaimana penanganan Pertamina," kata AM Fatwa kepada Pelita, kemarin, saat melihat langsung lokasi eksplorasi minyak Babelan dan para korban yang mengungsi.
Hingga kemarin siang warga sekitar pengeboran minyak masih terus berdatangan ke berbagai lokasi. Sekitar 1.800 warga dari Desa Hurip Jaya, Kampung Buni Baru, Kampung Cabang Empat, dan Kampung Singkil mengungsi ke berbagai lokasi seperti kantor kepala desa, masjid, dan Puskesmas.
Diperoleh keterangan, akibat kebocoran itu, sejumlah warga masih dirawat di RSUD Bekasi, di antaranya Salimah, 15, dan Jaliyah, 20, keduanya Kampung Setia Makmur, Desa Hurip Jaya. Ada juga warga yang dirawat di klinik-klinik dan Puskesmas di Babelan, di antaranya Ani, 15, Nur Kholifah, 17, Minah, 50, dan Ika, 20.
Keenam korban itu mengalami kepala pening, sesak nafas, mual dan muntah-muntah. Sementara, 134 warga yang sempat dirawat di Puskesmas Engkar Dini, Desa Hurip Jaya, Puskesmas Bidan Cicih, Desa Buni Bhakti dan Rumah Sakit Belendung, Desa Sasak Canal Bekasi Laut, karena menderita mata pedih dan sesak nafas. Sebagian korban sudah boleh pulang.
Kejadian itu merupakan tanggung jawab Pertamina. Selain harus memperbaiki kebocoran, Pertamina juga harus membiayai biaya perawatan para korban dan menyediakan nasi bungkus untuk para pengungsi. "Kami akan membantu apa yang bisa dibantu, termasuk memberikan bantuan Rp15.000 per jiwa," kata Manajer Umum DOH JBB Pertamina Bambang Busono.
Masalah teknis
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Ariffi Nawawi mengatakan bahwa pada kebocoran pipa tidak ada faktor keteledoran. "Itu masalah teknis yang bisa terjadi," katanya.
Kebocoran terjadi pada saat sumur PDT-01, sudah ditutup 3-4 bulan karena akan dieksplorasi. Ketika persiapan uji produksi dilakukan dan penutup dibuka, secara tiba-tiba gas yang ada di dalam sumur menyembur keluar.
Semburan gas, itu memicu gas yang ada di bawahnya keluar juga. Akibatnya, minyak meluap keluar dari kepala sumur.
Akan tetapi, tumpahan minyak, menurut dia, masuk ke dalam balong-balong di sekitar sumur yang sebenarnya berfungsi menampung limbah hasil pengeboran. Gas yang keluar dari sumur itu tidak beracun.
Pertamina beri kompensasi
PT Pertamina (Persero) akan memberikan kompensasi kepada masyarakat sekitar lokasi yang terkena dampak dari kebocoran gas di sumur Pondok Tengah, Babelan, Bekasi, Jawa Barat.
"Ada kemungkinan kebocoran itu mengotori sawah-sawah penduduk di sekitar lokasi sumur. Untuk itu, Pertamina siap memberikan kompensasi atas berbagai kerugian yang ditimbulkannya," kata Direktur Hulu Bambang Nugroho, di Jakarta, kemarin.
Kemarin, Pertamina melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat kebocoran itu, dan terus berupaya memperbaiki kebocoran dengan membersihkan tumpahan minyak yang ada di kepala sumur. "Rencananya, besok pagi sumur akan ditutup kembali," katanya.
Bambang menjelaskan bahwa gas ikutan yang keluar dari sumur minyak itu tidak beracun karena selain jumlahnya kecil, gas itu akan naik dan bercampur dengan udara bebas. Di sisi lain, gas itu juga tidak akan merusak tanaman yang ada di daerah tersebut seperti yang dikhawatirkan warga.
Sementara kebocoran gas di Sumur Pondok Tengah, yang dimiliki Pertamina, kemarin sudah mengecil dan alirannya dialihkan ke tempat lain.
Kejadian ini murni masalah teknis yang bisa terjadi dimana saja, dan tidak faktor keteledoran dari Pertamina. Dijelaskan, tidak ada korban jiwa akibat kebocoran tersebut, dan sekarang ini sudah 500 jiwa telah dievakuasi.(dew/y)
Sumber: Pelita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar