Selasa, 31 Maret 2009

Warga Babelan Sudah Lama Mengeluh; Kaya Migas, tetapi Miskin Perhatian

"Sudah lebih dari dua bulan lalu kami berkirim surat kepada Bupati Bekasi, memohon agar jalan di Babelan diperbaiki. Perbaikan jalan di Babelan ini sungguh mendesak," kata Agung Sutarto, Kepala Seksi Pemerintahan di Kantor Camat Babelan, Selasa (29/5), sambil memperlihatkan surat itu.
Surat yang dibuat 30 Maret 2007 itu ditujukan kepada Bupati Bekasi. Isinya, permohonan perbaikan jalan sepanjang 10 kilometer yang meliputi Desa Babelan Kota, Desa Kedung Pengawas, Desa Muara Bakti, dan Desa Hurip Jaya. Surat ditandatangani semua kepala desa itu dan Camat Babelan. Mereka mewakili suara 151.918 warga sekecamatan.
Ketika Kompas ke Babelan, Selasa (29/5), pantas kalau warga Babelan mendesak agar jalan di wilayah mereka segera diperbaiki. Kondisi jalan di beberapa lokasi memang mengenaskan.
Jalan Pasar Babelan, misalnya, rusak parah hampir sejauh 1 kilometer. Kondisi yang lebih parah dialami warga Kedung Pengawas. Jalan utama di desa itu hampir tidak utuh lagi. Warga menuding, aktivitas lalu lintas truk-truk proyek Pertamina menjadi penyebab rusaknya jalan desa mereka. Rumah-rumah warga di pinggir jalan pun ikut rusak, terimbas getaran hebat saat truk bertonase berat lewat.
Warga Kedung Pengawas pun beberapa kali berunjuk rasa menuntut perbaikan jalan. Mereka juga pernah memblokir jalan sehingga truk-truk proyek Pertamina tidak bisa lewat.
Memang tidak semua jalan di Babelan rusak parah. Di beberapa tempat, misalnya Kedung Jaya, ruas jalan desa itu sudah bagus dan kokoh, dengan konstruksi dari beton. Di desa ini terdapat sumur-sumur milik Pertamina yang menyemburkan minyak mentah dan gas bumi.

Minyak dan gas bumi
Babelan adalah satu dari 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi. Nama Babelan lebih mencuat pada 2003 menyusul penemuan cadangan minyak dan gas bumi (migas) dalam jumlah besar.
Potensi minyak yang ditemukan dari perut bumi Babelan yang subur ini diperkirakan 233 juta barrel. Adapun cadangan gas bumi triliunan kaki kubik.
Namun, cadangan minyak yang dikelola Pertamina itu belum memberi keuntungan nyata bagi warga Babelan, terutama di sekitar lokasi pengeboran.
Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kedung Jaya, Baedowi, menuturkan, kontribusi dari Pertamina yang sudah dirasakan masih sebatas perbaikan jalan di beberapa desa dan pembangunan kakus umum. "Kalaupun ada untuk warga lokal, jumlahnya terbatas, dan paling-paling sebagai bantuan sekuriti dan satuan pengamanan," kata Baedowi.
Agung menambahkan, minimnya warga lokal yang bisa bekerja di proyek-proyek Pertamina di Babelan lebih disebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia setempat. "Pendidikan warga pada umumnya masih rendah. Mungkin baru satu-dua orang Babelan yang sudah sarjana," kata Agung.
Akibatnya, kemiskinan masih melilit warga Babelan. Mata pencarian warga di kecamatan itu umumnya buruh tani atau penggarap kebun sayur.
Raut kemiskinan warga semakin tampak jelas saat musim kering melanda. Cadangan air di sumur warga kering kerontang, sementara jatah kiriman air dari instansi pemerintah datang tak menentu dan sering terlambat. Sebaliknya pada musim hujan tidak sedikit warga Babelan yang tempat tinggalnya kebanjiran.
Salah satunya adalah Kampung Pasar Mas atau Kampung Buni yang kaya peninggalan arkeologi di Desa Muara Bakti, Babelan, sekitar 20 kilometer utara Kota Bekasi. Saat banjir dahsyat melanda Bekasi, Februari lalu, Kampung Pasar Mas juga tak luput dari terjangan banjir.
Sakihudin, warga Kampung Pasar Mas, menyebutkan, keberadaan situs Buni ini sudah mengangkat nama Kampung Buni, Babelan, dan Bekasi ke dunia sejak 1960-an, namun perhatian pemerintah terhadap masyarakat masih minim, di antaranya jalan dan air bersih.
Soal air bersih, kata Sakihudin, warga Kampung Pasar Mas masih mengandalkan jatah air kiriman dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bekasi. "Sudah satu bulan ini kiriman air dari PDAM belum datang, padahal kebutuhan air untuk warga sudah mendesak," ujarnya.

Sumber: Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar